Menjadi Walikota Pekalongan untuk dua kali periode melalui Pemilukada
langsung tentu bukan sesuatu yang mudah. Baik saat memenangkannya
maupun menjalaninya agar bisa memenuhi amanah dari rakyat yang
memilihnya. Namun sepertinya Basyir Ahmad memang telah dipersiapkan oleh
Sang Maha Kuasa untuk menjalani semua itu.
dilahirkan di Pekalongan pada 24 Juli 1953 dari rahim Hajjah Aminah
Said Basalamah hasil pernikahanya dengan Ahmad Syawie, Basyir kecil
menamatkan sekolah dasarnya di SD Al Irsyad yang terletak di Jalan
Bandung, Pekalongan. Lulus SD tahun 1966, diapun meneruskan ke SMP Mahad
Islam. 3 tahun kemudian iapun menamatkan SMPnya dan diterima di SMA
Negeri I Pekalongan hingga tamat pada tahun 1972.
Tak ada cerita yang biasa-biasa saja, bagi orang yang akan menjadi
insan luar biasa. Demikian juga bagi sulung dari dua bersaudara ini.
Saat mendaftar ke Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP)
Semarang, ia gagal karena nilainya kurang sedikit saja dari yang
ditentukan. Namun itu tak membuatnya berputus asa. Setelah sempat kuliah
di Fakultas Kedokteran Unisulla Semarang selama setahun, iapun
mendaftar lagi ke UNDIP. Kali ini usahanya untuk membahagiakan sang ibu
tak sia-sia. Iapun diterima.
Namun sebenarnya menjadi dokter bukanlah cita-citanya. Ia memendam
keinginan untuk masuk ke fakultas lain. Hanya karena kepatuhan dan
cintanya pada sang ibu ia tetap bertahan. Baginya, seperti halnya
kata-kata pujangga besar dari Lebanon, Gibran Kahlil Gibran ibu adalah
segalanya. Ia adalah penghibur di masa duka, pengharapan di masa
sengsara dan kekuatan di masa lemah. Ia adalah sumber kasih, belas
kasihan, simpati dan pengampunan.
Meski mengalami masa-masa sulit diawal kuliah Basyir muda berhasil
melewatinya. Bahkan akhirnya ia bisa mencintai bidang studi itu karena
adanya sentuhan-sentuhan kemanusiaan dan sosial saat membantu
menyembuhkan orang lain yang sakit.
Bidang inilah pula yang kemudian membawa dirinya ke jabatan walikota.
Bukan karena uang yang menggejala pada banyak Pemilukada, tapi karena
cinta dari para pemilihnya.
Saat pemilukada Langsung Kota pekalongan yang digelar pada tahun
2005, bisa jadi Basyir Ahmad tidaklah unggulan nomor satu. Selain
berasal dari Partai Golkar yang saat itu bukan mayoritas di Kota Batik
dan hanya memiliki 5 kursi di DPRD setempat ia juga tidak didukung oleh
sumber dana yang besar.
Namun rakyat tidaklah mati nuraninya. Mereka tahu mana calon terbaik
dari semua kontestan yang ada. Kebaikan yang ditanam Basyir sebagai
dokter, dengan bekerja tanpa kenal pamrih berbuah pada saat yang tepat.
Dikenal memiliki jiwa sosial, tak segan menggratiskan biaya berobat
warga miskin bahkan nomboki obat pasien yang tak punya adalah hal yang
biasa baginya.
0 komentar:
Posting Komentar