Rabu, 15 Oktober 2014

Profil Walikota Pekalongan dr. H. M. Basyir Ahmad Syawie

Menjadi Walikota Pekalongan untuk dua kali periode melalui Pemilukada langsung tentu bukan sesuatu yang mudah. Baik saat memenangkannya maupun menjalaninya agar bisa memenuhi amanah dari rakyat yang memilihnya. Namun sepertinya Basyir Ahmad memang telah dipersiapkan oleh Sang Maha Kuasa untuk menjalani semua itu.

dilahirkan di Pekalongan pada 24 Juli 1953 dari rahim Hajjah Aminah Said Basalamah hasil pernikahanya dengan Ahmad Syawie, Basyir kecil menamatkan sekolah dasarnya di SD Al Irsyad yang terletak di Jalan Bandung, Pekalongan. Lulus SD tahun 1966, diapun meneruskan ke SMP Mahad Islam. 3 tahun kemudian iapun menamatkan SMPnya dan diterima di SMA Negeri I Pekalongan hingga tamat pada tahun 1972.

Tak ada cerita yang biasa-biasa saja, bagi orang yang akan menjadi insan luar biasa. Demikian juga bagi sulung dari dua bersaudara ini. Saat mendaftar ke Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, ia gagal karena nilainya kurang sedikit saja dari yang ditentukan. Namun itu tak membuatnya berputus asa. Setelah sempat kuliah di Fakultas Kedokteran Unisulla Semarang selama setahun, iapun mendaftar lagi ke UNDIP. Kali ini usahanya untuk membahagiakan sang ibu tak sia-sia. Iapun diterima.

Namun sebenarnya menjadi dokter bukanlah cita-citanya. Ia memendam keinginan untuk masuk ke fakultas lain. Hanya karena kepatuhan dan cintanya pada sang ibu ia tetap bertahan. Baginya, seperti halnya kata-kata pujangga besar dari Lebanon, Gibran Kahlil Gibran ibu adalah segalanya. Ia adalah penghibur di masa duka, pengharapan di masa sengsara dan kekuatan di masa lemah. Ia adalah sumber kasih, belas kasihan, simpati dan pengampunan.

Meski mengalami masa-masa sulit diawal kuliah Basyir muda berhasil melewatinya. Bahkan akhirnya ia bisa mencintai bidang studi itu karena adanya sentuhan-sentuhan kemanusiaan dan sosial saat membantu menyembuhkan orang lain yang sakit.


Bidang inilah pula yang kemudian membawa dirinya ke jabatan walikota. Bukan karena uang yang menggejala pada banyak Pemilukada, tapi karena cinta dari para pemilihnya.
Saat pemilukada Langsung Kota pekalongan yang digelar pada tahun 2005, bisa jadi Basyir Ahmad tidaklah unggulan nomor satu. Selain berasal dari Partai Golkar yang saat itu bukan mayoritas di Kota Batik dan hanya memiliki 5 kursi di DPRD setempat ia juga tidak didukung oleh sumber dana yang besar.

Namun rakyat tidaklah mati nuraninya. Mereka tahu mana calon terbaik dari semua kontestan yang ada. Kebaikan yang ditanam Basyir sebagai dokter, dengan bekerja tanpa kenal pamrih berbuah pada saat yang tepat. Dikenal memiliki jiwa sosial, tak segan menggratiskan biaya berobat warga miskin bahkan nomboki obat pasien yang tak punya adalah hal yang biasa baginya.

Sumber 

0 komentar:

Posting Komentar